Luka 2021

Sesuatu akan lebih berharga, ketika sudah hilang. 
Tahun 2021, tahun dimana gue dapet tamparan cukup keras dan lebih bisa menghargai sesuatu, terutama diri sendiri.

Gue berangkat ke Jerman dengan kondisi belum divaksin. Waktu itu sempat mau vaksin Sinovac di Indonesia tapi gak keburu. Alhamdulillah, ternyata Sinovac juga gak berlaku di sini, hehe. Karena peraturan Jerman saat itu yang beritanya bulan oktober corona test gak gratis lagi dan kalau mau masuk toko-toko, makan di restoran, dll wajib 3G (geimpft, getestet, oder genessen) yang artinya sendiri, sudah divaksin, ada hasil tes negatif, atau sudah pernah kena virusnya. Akhirnya gue memutuskan untuk registrasi vaksin. Biar apa-apa lebih mudah aja gitu.

18 Juli 2021. Vaksin pertama gue. Karena jarak tempat vaksinnya jauh dan jadwalnya jam 18.00, gue berangkat dari rumah jam 4 sore-an. Setelah naik kereta yang ke dua, gue turun di stasiun Hattersheim (sampai inget namanya padahal jauh dari peradaban dan perkotaan :) ) Gue turun tangga tuh ke bawah.. (kan stasiun nya bawah tanah gitu ya) salahnya gue, sambil main HP. Sebenernya lagi cek maps dan nyari nomer bus karena masih harus naik bus lagi. Tapi tetep aja salah. Dan taunya.. gue salah melangkah. Kaki gue ngelewatin beberapa anak tangga, jadi dalam waktu sepersekian detik tiba-tiba terdampar di lantai paling bawah, hahaha. Iya, bilang aja jatuh. Kayaknya sih ya, masih sekitar 4-5 anak tangga lagi, tapi karena salah pijak terus keseleo jadinya langsung bener-bener jatuh ke paling bawah. 

Gue diam untuk beberapa saat. Tapi karena sadar lumayan banyak orang yang ngeliatin, beberapa orang lewat dan nanya "Alles gut?" Gue sok kuat aja jawab "Gut" sambil mungu-mungut dan berusaha untuk berdiri. Ternyata kawan.. Waktu gue coba untuk gerakin kaki,  rasanya linu, se linu nya linu dan pandangan gue burem. Tapii.. karena masih sok sok an, gue tetep maksain dan hampir jatuh lagi. Di saat itulah seorang nenek ngehampirin lalu bilang kalau gue gak akan bisa berdiri dalam keadaan kayak gini tapi bisa-bisanya gue tetep bilang "Nein.. Alles gut. Alles gut." Akhirnya nenek itu bantu untuk berdiri dan nyenderin gue ke tembok. Disaat gue ngomong kalau gue mau pergi vaksin dan bilang mau naik bus nomer ini..  Belum selesai ngomong, gue hilang.

Hahaha.. kalian tau? Dalam pandangan yang masih burem-burem.. Yang pertama kali gue liat adalah.. aspal tanah. Samar-samar gue denger seorang bapak lagi nelfon. Setelah telfonnya ditutup bapak itu ngomong ke neneknya dan langsung pergi tapi nenek itu masih ada di samping gue. "Bleib so, es kommt eine Hilfe sofort" katanya. Dan benar, gak lama dari itu dua orang datang. Ambulan. Nenek tadi menjelaskan ke dua orang itu apa yang tejadi pada gue. Sayangnya belum sempat berterima kasih neneknya sudah pergi.

Dibawalah gue ke ambulan. Dipasang alat vital ini itu. Di tangan, di kaki. Diambil darah segala macem deh. Ditanya identitas, ditanya punya alergi gak dsb. Lucunya, orangnya nanya pakai bahasa jerman gue jawab bahasa inggris. Orangnya nanya bahasa inggris gue jawab bahasa jerman. Beberapa ada yang gak gue jawab karena gue bener-bener gak ngerti, ngaco banget pokoknya. Hahaha.

Setelah sampai di rumah sakit, gue turun dari ambulan pakai kursi roda. Lalu masuk ke suatu ruangan dan saat itu gue baru sadar ternyata kaki gue bengkak. Besar banget. Gue di rumah sakit selama kurang lebih 8 jam. Kaki gue dikompres, dirontgen dll. Sampai jam 1 dini hari gue boleh keluar dari rumah sakit. Untungnya ada dua temen gue yang udah nungguin bahkan udah dari beberapa jam sebelumnya tapi gak boleh masuk. Kita pulang naik uber karena kalau naik S-Bahn (Kereta) gue mana bisa.. 

Sekitar dua minggu kaki gue pulih, agak lupa juga.. Tapi masalah ini belum selesai karena tagihan rumah sakit belum datang juga (katanya tagihan dikirim lewat surat ke rumah). Setelah hampir 3 minggu gue coba pergi ke rumah sakit (dianter temen karena takut kenapa-napa lagi wkwk), ternyata benar alamat gue salah. Akhirnya gak lama dari itu tagihan datang. Alhamdulillah, begitu liat tagihannya kurang dari 100 euro. Padahal kata temen gue bayar ambulan bisa sampai 300 euro bahkan lebih. 

Tapi.. kawan.., tenyata belum sampai di sini. Pertengahan bulan agustus gue dapat surat. Tagihan dari ambulan. Kalian tau berapa? 768 euro. Sekitar 12.5 juta rupiah per kurs hari ini. Kalau digabung sama tagihan rumah sakit totalnya 14 juta lebih wkwkwk. Nangis. Lebih sakit tagihannya daripada kakinya ternyata. :') 

Lagi-lagi gue sesali "Kalau saat itu ga sambil main HP, mungkin.. ini itu banyak banget". Tapi buat apa? Buat apa disesali karena sebesar apapun penyesalan akan tetap begini. Jadi.. kali ini gue semakin paham kalau sesuatu itu (akan) lebih berharga ketika sudah hilang. Kaki gue akan lebih berharga kalau waktu itu gak jatuh karena bisa gue pakai pergi kesana-sini, uang yang gue keluarin juga bisa gue pakai untuk ini-itu. Iphone 13 juga bisa kali ya, hahaha.✌

Tapi ya.. yaudah, gakpapa. Pelajarannya: jangan main HP kalau lagi jalan kaki! wkwk. Pelajarannya: hati-hati saat melangkah karena kita gak tahu apa yang ada di depan. Yang terjadi biarlah terjadi namun jika itu sesuatu yang salah dan bisa diperbaiki, jangan dilakukan lagi karena itu sama aja membiarkan diri sendiri untuk tidak bertumbuh. Allahu'alam.

Oh iya, terima kasih. Untuk nenek dress merah yang udah bantu sampai gue dibawa ambulan, untuk bapak-bapak yang nelfon ambulan, untuk temen-temen yang udah nungguin sampai jam 1 dini hari. Dan khususnya untuk umi sama abi karena gak marah waktu gue kasih tau berapa tagihannya, hehe.


Comments

  1. hhh...banyak masalah, banyak pengalaman...jangan diulang tapi hihi

    ReplyDelete
  2. Agak shock bacanya:') get well soon Ta. Everything will be fine in time
    Ak selalu nunggu cerita baru mu y!!!!��

    ReplyDelete
  3. Semoga Allooh selalu membersamai mbak di sana

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts